Maaf Udang

Senin 31-03-2025,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

Pulang untuk Lebaran. Itulah mayoritas penumpang kapal ferry jurusan Surabaya-Lombok ini. Jumlahnya 980 orang –umumnya suami-istri dan anak. Jadwalnya pas banget: tiba di Lombok dua hari sebelum Lebaran.

Begitu tiba di Lombok, sang ferry balik lagi ke Surabaya: juga mengangkut mudikus yang ingin pulkam ke Surabaya. Masih bisa tiba di Surabaya sehari sebelum Lebaran. Toh Lebarannya hari ini. Tidak jadi maju ke hari kemarin.

Sebenarnya saya berharap ada yang Lebaran kemarin. Maka Sabtu siang, dalam perjalanan dari Lombok ke Sumbawa saya hubungi beberapa teman Muhammadiyah: apakah ada kemungkinan Muhammadiyah Lebaran tanggal 30 Maret?

Perbedaan kadang saya harapkan. Saya mau ikut pun Muhammadiyah atau NU bila salah satunya Lebaran tanggal 30 Maret.

Ternyata semua menjawab: Muhammadiyah juga Lebaran tanggal 31 Maret. Kali ini kompak dengan NU.

Lalu saya hubungi Bung Mirza di Aceh. Siapa tahu di sana berbeda. Kan lebih dekat ke Makkah –yang Lebarannya tanggal 30 Maret. Ternyata juga kompak 31 Maret.

"Hanya aliran tarekat Shatariyah yang beda. Tapi sudah lewat. Lebarannya sudah tanggal 29 Maret," kata Mirza.

"Kalau bingung, sunnahnya ikut ulil amri saja. Semoga petugas yang lihat hilal jujur," tambahnya. "Agar tidak seperti penentuan awal puasa kemarin. Tim Jakarta mengatakan sudah melihat hilal. Tim di Aceh tidak ada yang sudah melihat hilal. Akhirnya orang Aceh Besar banyak yang berbeda saat mulai berpuasa," kata Mirza lagi.

Ya sudah. Sejak habis sahur di atas kapal itu saya kuatkan niat untuk Lebaran kompak. Berarti masih dua kali lagi sahur: di Lombok dan di Pulau Moyo.

Habis subuhan saya siap-siap olahraga. Saya bawa HP dan speaker mini. Saya menuju jogging track di geladak yang menghadap langit.

Wow! Banyak penumpang yang sudah lebih dulu ''menduduki'' bagian-bagian strategis kapal Dharma Rucitra (milik Dharma Lautan Utama) yang paling atas ini: menanti indahnya terbit matahari.

Suasananya sudah seperti Lebaran: banyak yang pakai baju cantik. Saling canda dengan keluarga.

Anak-anak saling lari berkejaran. Baju-baju cantik itu untuk selfi. Dengan latar belakang fajar di ufuk timur.

Juga ada yang menempatkan matahari merah di posisi love lengan mereka.

Lokasi ideal yang sejak kemarinnya saya incar untuk senam-dansa juga sudah dipakai kumpul beberapa keluarga. Ups. Kalah dulu.

Saya salami mereka –kebetulan banyak yang mengenal saya. "Bagaimana kalau kita olahraga ramai-ramai di sini?" kata saya.

Ternyata mereka menyambut dengan antusias. Juga anak-anak mereka. Saya pun menyiapkan lagu-lagunya.

"Asyiiiik," kata mereka sambil ikut bergoyang-goyang. Itulah jogetan menyambut terbitnya matahari dari permukaan air laut yang tidak ikut bergoyang.


Senam Dahlan Iskan di geladak KM. Dharma Rucitra VIII milik Dharma Lautan Utama.--

Pukul 10.00 pengeras suara dari kapal mengumumkan: kapal sudah mendekati daratan Lombok Barat. Garbarata sudah disiapkan di dermaga. Satu jam kemudian kami turun di Lembar. Di Dermaga khusus penumpang. Lokasinya berbeda dengan pelabuhan Lembar untuk kapal barang. Tidak saling terlihat. Beda teluk. Berarti sudah lama saya tidak naik kapal ke Lombok. 

Kami hanya membawa satu mobil dari Surabaya. Dua mobil lagi sudah menjemput di Lembar.

Kedatangan kapal ini jauh lebih awal dari perkiraan kami. Banyak waktu. Salah satu cucu saya ingin mampir ke Trans Studio di Mataram. Ia ingin naik roller coaster di situ.

Awalnya saya heran: apa istimewanya roller coaster di Lombok. Ternyata ada rahasia yang selama ini tidak ia banggakan: ia sedang berlomba membuat rekor. Siapa paling banyak naik roller coaster di lokasi, kota, dan negara yang berbeda. Dengan yang di Mataram ini nanti rekornya bertambah: 90 lokasi.

Ia kecewa.

Jalan menuju Trans Studio ditutup. Hari itu ada karnaval besar Ogoh-Ogoh di Mataram. Masyarakat Hindu di Lombok menyambut hari raya sunyi keesokan harinya: Nyepi. Banyak orang suku Bali di Lombok Barat.

"Mampir Mandalika saja," usul saya. Semua setuju. Dari 12 orang baru saya dan Azrul yang sudah pernah ke Mandalika.

''Tur Dadakan Mandalika'' pun lancar. Ternyata menyenangkan mereka. Apalagi bisa satu lap mengelilingi arena balap motor kelas dunia itu.


Foto bersama di garis start saat tur dadakan di Sirkuit Mandalika.--

Hari kian sore. Perut puasa kian kempes. Maka begitu meninggalkan Mandalika mulailah dibuat daftar order: apa saja makanan yang diinginkan untuk berbuka puasa di Lombok Timur.

Semua nama makanan disebut –sepertinya harus menyiapkan pujasera. Ayam taliwang. Plecing. Babalung. Kelapa muda. Udang bakar. Rebus. Balado...

Kebetulan beberapa hari setelah Lebaran nanti udangnya dipanen. Bisa dicoba dulu untuk berbuka puasa. Andretti yang menarik jala.

Lihat fotonya.

Minal Aidin. Mohon maaf lahir batin. Terutama untuk para udang itu.( Dahlan Iskan)


Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 30 Maret 2025: Surabaya Lombok

MZ ARIFIN

Seperti di gereja saja= bukan di gereja.

Seperti di masjid saja = bukan di masjid.

Bila ada orang berkata: kamu seperti anjing saja= kamu bukan anjing.

Bila ada yg berkata: kamu seperti manusia= kamu bukan manusia.

Yg menghina tentu yg kedua, yg berkata: kamu seperti manusia.

my Ando

Yg nyerocos itu sodara saya itu pak, harap maklum lah dia tau bapak orng terkenal jadinya berbekal ilmu agama fanatik yg dangkal dia sok pansos yg jadi trend kaum-kaum skrng, tapi emang ada hikmahnya sih...

1. Ujian kesabaran Pak Dahlan yg baru jadi Imam Shalat Subuh dan menjalankan Puasa

2. Membiasakan diri menerima trend-trend negatif sperti itu

3. Lambe yo ojo angger njeplak palagi masalah agama dan terlebih pada org asing

Mohon maaf lahir bathin

Jokosp Sp

Bakikih bhs Banjar = eker eker nyari sesuatu barang. Atau bisa juga gresek gresek jowone golek barange. La dalah rendang dagingnya dicari cari di tumpukan plastik kresek tidak ketemu. Ketemunya malah bumbu rendangnya. Ya sudah disyukuri,  nikmat mana lagi yang kau dustakan?. Lapar itulah lauk terenak di dunia ini. Semoga jadi berkah buat Bu Hajah Nafsiah dan keluarga,  dan yang dapat rezeki  memakan rendangnya.... Aamiin

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

KAPAL FERRY: KAPAL KEREN, 

TAPI LAUKNYA KETINGGALAN!

Dalam perjalanan dari Surabaya ke Lombok, sepertinya ada satu hal yang lebih menggelikan daripada gelombang laut: 

Lauk berbuka puasa yang ketinggalan! 

Siapa sangka, di tengah kemewahan kapal ferry yang lebih besar dari impian kita, ada drama nasi Padang yang hilang bak bintang film yang kabur saat ditanya soal script.

Bayangkan, sudah siap-siap dengan bumbu rendang yang menggoda, eh, yang muncul malah bumbu doang!

Seperti nonton film horor tanpa hantu, rasanya hampa. 

Istri pun berjuang mencari kikil, tapi yang ada hanya sayur nangka. 

Mungkin sayur itu yang sebenarnya jadi bintang utama malam itu!

Dan saat sahur tiba, kita semua berjuang untuk mendapatkan tempat di masjid, seperti antrean di supermarket saat diskon. 

Satu-satunya yang lebih lucu adalah saat jadi imam, dengan khawatir masih murtad. 

###

Jadi, pelajaran hari ini: jangan hanya bawa bumbu, bawa juga lauknya! 

Atau, setidaknya, siapkan mental untuk berpuasa tanpa rendang. 

Selamat berlayar, dan semoga nasi Padang tidak lagi ketinggalan!

Ahmad Zuhri

Tetap ga seru menurut ku Cak..

Terus kapan waktu silaturahmi sama tetangga2 nya, lha wong setiap waktu hampir keluar kota trs.. setahun sekali jg ga bisa. 

Mungkin maksudnya biar ga repot open house dan bagi2 angpao xixixi..

Ahmad Zuhri

Apa enaknya lebaran jauh gitu ya.. bukankah yg kita kangeni ini suasana kampung halaman..

Silaturahmi ke tetangga2, saudara, bagi2 angpao ke anak-anak kecil.. 

Saya pernah lebaran jauh dari keluarga dan kampung halaman, malam takbir gitu seperti mau menangis saja..

MULIYANTO KRISTA

Kalau lauknya ketinggalan, harusnya abah telepon radio SS.

Pasti banyak kawan pendengar SS yang siap membantu dengan setulus hati tanpa bayar bah.

xiaomi fiveplus

kalau cak nun baca artikel ini, mungkin beliau bakal komentar

"nek aku diarani kyai mbeling, disway iki luwih mbeling. disway iki jurnalis ngelamak.." wkwk

semoga pak dahlan tetap sehat, cak nun juga segera sehat. aamiin..

djokoLodang

-o--

MASIH MURTAD

...Ternyata ada jamaah yang marah dengan candaan itu. "Jangan samakan masjid dengan gereja..," sergahnya dalam nada tinggi. Ia masih terus nerocos. Saya pilih berlalu.

Ternyata saya belum sembuh dari murtad. ...

*) Syukur Alhamdulillah, Abah masih murtad.

Sudah bisa melihat dan merasakan bahwa yang dimuliakan di mesjid, di gereja, di kuil --dan di mana saja-- itu adalah DIA yang satu adanya.

--koJo.-

#Darko

Saya baru tahu yaa ternyata lebaran nya orang kota dan banyak uang itu beda sama yang dimimpikan lebaran nya orang desa yang uang nya pas2 san, kalau orang desa malah pingin kumpul keluarga, terus silaturahmi ke tetangga kanan kiri sambil makan rengginan, atau makanan khas daerah setempat serta cerita2 bernostalgia....kalau orang kota dan kaya saat lebaran beda, malahan  menjauh dari tetangga dan makan2 di hotel berkelas....

djokoLodang

-o--

ARAH PUTARAN

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa dalam lomba lari, pelari selalu berlari berlawanan arah jarum jam?

Menariknya, lebih dari seabad yang lalu, pelari benar-benar berlari searah jarum jam. Pada Olimpiade modern paling awal, seperti yang diadakan di Athena pada tahun 1896, atlet berlari pada nomor seperti 200m, 400m, dan 800m searah jarum jam di lintasan.

Namun, banyak pelari mengalami ketidaknyamanan atau bahkan rasa sakit saat berlari ke arah itu. Menyadari masalah ini, otoritas atletik sekitar tahun 1913 secara resmi mengubah nomor lintasan ke arah berlawanan arah jarum jam, praktik yang telah menjadi standar sejak saat itu.

Sains kini mendukung pilihan ini dengan menunjukkan bagaimana rotasi berlawanan arah jarum jam sering muncul di alam. Misalnya:

Sirkulasi darah manusia secara alami mengikuti jalur berlawanan arah jarum jam.

Elektron mengorbit inti atomnya berlawanan arah jarum jam.

Bahkan dalam skala yang lebih besar, gerakan langit alami memiliki pola ini:

Bulan mengorbit Bumi berlawanan arah jarum jam.

Bumi sendiri berputar mengelilingi Matahari berlawanan arah jarum jam.

Planet-planet di tata surya kita mengorbit Matahari berlawanan arah jarum jam.

Matahari dan tata surya kita berputar mengelilingi pusat galaksi berlawanan arah jarum jam.Seluruh galaksi sendiri berputar berlawanan arah jarum jam.

Selain itu, umat Isllam ritual mengelilingi Ka'bah berlawanan arah jarum jam.

Alhamdulillah...

--koJo.-

djokoLodang

-o--

Seseorang bertanya kepada seorang bijak.

"Mana yang lebih utama?... Mencintai atau dicintai?"

Beliau berkata:

"Bagi seekor burung yang ingin terbang, manakah yang lebih penting...

Sayap sebelah kiri atau sayap sebelah kanan?"

--koJo.-

Maximilian

Alkisah, seorang 'alim 'ulama ilmu agamanya amat mendalam dan memiliki banyak jamaah, ditimpa sakit keras, yang membuatnya tidak bisa lagi beraktivitas, tidak bisa lagi bekerja menghidupi keluarga, dan tidak bisa lagi memberikan pencerahan -- ceramah, nasehat, wejangan -- kepada umat.

Berbondong-bondonglah umat dan jamaahnya ke rumah-sakit tempat sang 'alim 'ulama tersebut dirawat. Semua yang datang menangis sesenggukan, seraya berkata: "Semoga penyakit Anda segera diangkat oleh Yang Maha Kuasa, dan Anda bisa segera kembali lagi rutin memberi kami ceramah / nasehat / wejangan seperti sedia kala".

Ternyata sang 'alim 'ulama tersebut langsung marah-marah: "Kalian ini! Ceramahku tentang insan beriman yang ditimpa sakit, itu tidak nempel di ingatan kalian?! Hah?! Aku diberi penyakit separah ini, justru aku bersyukur dan senang, sebab dosa-dosaku saat ini sedang digugurkan! Dan kalian malah mendoakan agar proses pengguguran dosa-dosaku saat ini dihentikan?!"

Para jamaah yang hadir menjenguk, juga para suster, perawat, dan dokter yang ada di tempat, serta para pasien lain di sekitar yang mendengar, seperti disentak kesadarannya dengan kata-kata sang 'alim 'ulama tersebut. 

"Demi Allah, Tuhan Yang Maha Menggenggam nyawaku. Jika sakit ini bahkan harus merampas nyawaku, tapi ganjarannya adalah dosa-dosaku seluruhnya dihapuskan, dan kesalahan-kesalahanku seluruhnya diampuni, demi Allah, aku lebih memilih kondisi seperti ini!"

Nimas Mumtazah

Duduk manis di Disway tiap hari banyak ilmu yg saya dapat. "Bertemu"dosen filsafat, dosen teologi, kyai,tokoh lintas agama, ustadz ustadzah, kadang ngaji tasawuf, bidayah, fiqih islam, fiqih munakahat, mawarits, sastra dll.

Nimas Mumtazah

Alhamdulillah..

Abah menutup akhir ramadhan dg keluarga besar lengkap. Berlayar sekaligus  mengajari anak cucu arti kebersamaan. Rehat dari semua rutinitas padat tentunya.

1 hari 1 juz salut untuk ibu dg usia yg tak lagi muda tetap istiqamah. Sulit menerapkan kalau tidak di biasakan ( jadi kangen tulisan² Pak Mirza yg sebulan full fokus di Ramadhan, semoga besok beliau berkenan hadir di Disway seperti biasa).

Kang Sahidin kira² ada dalam rombongan tidak ya? Kepo biasanya kan jadi Imam shalat ied. 

Abah..

Murtad....? Sy jadi " jubir" dadakan hampir " purna tugas lo bah" belum sekalipun bertemu dg Pak Ahmadie Thaha yg ijtihadnya sering saya pakai( salam hormat untuk beliau).

Juve Zhang

Indonesia itu jangan kan beda provinsi beda daerah kecamatan saja bisa berbeda kebiasaan......ada daerah yg ketat saat bulan puasa tak ada satupun Rumah Makan berani buka..... daerah tertentu warteg dan bahkan RM Padang pun buka menerima tamu makan apalagi yg di bungkus.....itulah uniknya Indonesia....belum lagi kalau anda main ke rumah aliran Ahmadiyah maka tuan rumah akan cerita berbagai cerita Ahmadiyah yg saya pun kaget ....adalagi aliran lain ...mesjid nya tanpa TOA....sayapun tidak pernah dengar apa apa .....kata teman yg aliran itu....kami bicara dalam hati..... itu unik nya Indonesia.....tapi yang sedih dengar rekan Ahmadiyah yg cerita adiknya mati dibunuh oleh sekelompok massa.....saya pun kaget ....ternyata perbedaan itu bisa membunuh....oh my Ghosh.....kalau lihat aliran Kristen jauh lebih beragam lagi ....dengan berbagai hari ibadah yg ber beda beda dan makan haram yg banyak ragamnya.....tapi syukurlah gak ada yg dibunuh hanya beda aliran.....satu Alkitab beda aliran tetapi lumayan tidak saling bunuh.....damai ....di bumi semoga .... Jangan terulang lagi bunuh membunuh....tak perlu darah mendidih lihat perbedaan..... karena memang manusia itu unik banyak bedanya....

Edy Yanto

Lain kali bercanda nya yg standar aja pak..jgn berani senggol senggol..klau ketemu yg SENGGOL BACOK  kan susah jadi nya..bisa di buang ke laut..hahaha maaf bercanda pak maaf lahir batin..

Kategori :

Terkait

Selasa 01-04-2025,04:00 WIB

Tas Lebaran

Senin 31-03-2025,04:00 WIB

Maaf Udang

Minggu 30-03-2025,03:00 WIB

Surabaya Lombok

Senin 24-03-2025,03:33 WIB

Setahun Sekali

Selasa 28-01-2025,04:00 WIB

Telat Jatah

Terpopuler

Terkini

Minggu 27-04-2025,04:00 WIB

Apartemen Kereta

Sabtu 26-04-2025,04:00 WIB

Jonan Vatikan

Jumat 25-04-2025,03:58 WIB

Bebek Wuhan

Kamis 24-04-2025,03:47 WIB

Naik Apollo

Rabu 23-04-2025,04:02 WIB

Debat Santri