Powerful Kejagung

Yang pertama merespons pertanyaan saya adalah Prof Dr Busyro Muqoddas. Ia setahun lebih muda dari saya. Prof Busyro adalah anggota Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama periode Abraham Samad.
Jawaban Prof Busyro lebih mirip doa. Mungkin pertanyaan sayalah yang kurang ''menggoda'': "saya amati Kejaksaan Agung kok begitu serius mengusut banyak hal soal korupsi. Apakah benar-benar-benar serius? Pertanda perbaikan penegakan hukum dimulai dari Kejagung?
Soal pagar laut, mestinya kan nggak berani lanjutkan. Kok berani? Lalu soal sawit. Soal Pertamina. Soal timah. Banyak lagi. Kok seperti nggak takut pada backing mereka. Bisakah kita berharap perbaikan dimulai dari Kejagung sekarang?"
Jawab beliau: "Semoga saja presiden dibisiki oleh yang anti penjilatan, sehingga terbuka hidayahNya. Sehingga berani menyegarkan Kejaksaan, Polri, dan KPK".
Mungkin itu bukan doa. Itu semacam sindiran ala Yogyakarta. Prof Busyo memang orang Yogya. Lahir di Yogya. Jadi sarjana hukum di Universitas Islam Indonesia (UI-nya Islam) Yogya. Setelah S-2 di UGM ia kembali ke UII ambil S-3 dan menjadi guru besar.
Alumnus UII lainnya, menjawab senada: Prof Dr Mahfud MD. Jawabnya: "Kita berharap, Pak. Kejagung bisa terus galak kepada koruptor. Namun catatan kita sampai sekarang, jika sudah akan menyentuh koruptor, yang sebelumnya katanya akan disikat sampai ke atas, ternyata berhenti dan tak ada kelanjutan. Kita tunggu perkembangannya. Kita berharap agar Pak Prabowo terus berkomitmen."
Saya agak sering bertemu Pak Mahfud. Terakhir menjelang Lebaran lalu: diundang ke podcast beliau. Di halaman belakang salah satu kantornya di Jakarta. Kami senasib dalam hal pencapresan. Beliau lewat jalur hijau, saya lewat jalur biru.
Tidak. Tidak senasib. Beliau lebih baik. Beliau akhirnya benar-benar jadi cawapres. Beneran. Lewat jalur merah. Artinya: stop. Lampu merahnya menyala: sampai di situ saja.
Abraham Samad juga sempat disebut-sebut sebagai calon cawapres delapan tahun lalu. Modalnya: reputasi tinggi ketika menjabat ketua KPK. Hanya saja ia tidak sampai masuk putaran gelanggang.
Kini Abraham berkibar dengan podcast-nya: Speak Up. Beberapa kali saya diundang ke Speak Up tapi selalu belum cocok waktu.
Saya mengajukan pertanyaan yang sama kepada doktor Ilmu Hukum Universitas Hasanuddin Makassar itu. Jawabnya: baca sendiri berikut ini.
"Masih terlalu prematur menyimpulkan, karena kasus yang ditangani tidak dituntaskan sampai selesai. Hanya memilih yang lemahnya dijadikan tersangka. Seperti kasus timah, yang dijadikan tersangka dan dibawa ke pengadilan hanya yang kelas bawahnya. Yang intellectual dader-nya tidak diseret ke pengadilan."
Yang menjawab agak panjang adalah Boyamin Saiman, ketua Masyarakat Anti Korupsi Indonesia, MAKI, yang kini memilih lebih senang menjadi detektif partikelir. Terakhir ia menjalankan peran detektifnya ke beberapa negara Eropa. Ia lagi menelusuri uang terkait perkara di Indonesia.
Boyamin mengaku mengamati secara khusus kejaksaan agung sejak kasus Djoko Tjandra.
"Di kasus Djoko Tjandra itu Kejagung malu. Pejabatnya semua merasa malu. Lalu berusaha memperbaiki diri. Sejak itu mereka bertekad berantas korupsi sebagai icon. Lalu Jampidsusnya bongkar soal korupsi di Jiwasraya, Asabri, impor tekstil di Batam," ujar Boyamin.
Anda masih ingat apa yang dikemukakan Boyamin: yang menyangkut jaksa Pinangki Sirna Malasari di kasus Djoko Tjandra dulu itu.
Gebrakan itu diteruskan oleh Jampidsus penggantinya, Febrie Adriansyah. Dibongkarlah oleh Febrie Adriansyah soal minyak goreng, soal konglomerat Surya Darmadi, timah, nikel, sampai sekarang ini banyak sekali.
"Saya lihat semangat Kejagung ingin perbaiki diri sangat tinggi. Ingin juga kalahkan KPK, gas pol. Sampai terjadi rem blong," ujar Boyamin.
Tahun 2022 Boyamin sudah minta Kejagung untuk mencekal orang asing bernama Thomas Van Der Heyden. Boyamin marah karena hari itu Indonesia baru saja dijatuhi putusan arbitrase di Singapura: harus bayar Rp 314 miliar kepada perusahaan asing Navayo.
Anda sudah tahu Navayo: kontraktor satelit yang mengerjakan proyek Kemenhan di zaman sebelum Prabowo jadi Menhan. Satelitnya tidak befungsi. Indonesia harus bayar tambahannya saja Rp 314 miliar.
Kejagung langsung mencekal Heyden. Bahkan menangkap dan menahannya. Dibawa pula ke pengadilan. Dihukum 12 tahun penjara. Kini Heyden menjalani hukumannya di penjara Salemba.
Kejagung masih belum berhenti di situ. Kini Heyden dijadikan tersangka lagi. Di proyek yang terkait satelit Kemenhan itu pula. Yakni terminal satelitnya.
Proyek satelitnya bermasalah. Proyek terminal satelitnya juga penuh persoalan. Kasihan menhan saat itu, Ryamizard Ryacudu. Ditipu stafnya yang kini sudah jadi tersangka.
Maka kalau Heyden diadili lagi tidak tahulah bakal jadi berapa tahun hukumannya nanti.
Boyamin melihat gerak Kejagung sekarang membuat masyarakat kagum. Tapi juga sekaligus miris, seperti dalam kasus Tom Lembong. "Itu kan kebijakan, kok dipidanakan," ujar Boyamin.
Yang paling membuat masyarakat kagum adalah keberanian Kejagung dalam menangani mafia di pengadilan. "Kejagung powerful di sini," ujar Boyamin. Itu karena sejak tahun 2019 Kejagung mendapat wewenang untuk melakukan penyadapan," katanya.
Saya membayangkan betapa berat beban kerja Kejagung saat ini. Lihatlah: lebih 10 kasus besar nan rumit ditangani secara bersamaan.
Mungkin akan lebih banyak juga serangan balik ke Kejagung. Mungkin akan banyak drone yang muter-muter di atas Kejagung. Atau pembuntutan di jalan raya. Sampai ke pengerahan buzzer yang lebih mendengung.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Edisi 9 Mei 2025: Kejagung Baru
Liáng - βιολί ζήτα
Reply untuk Pak Achmad Faisol, Keheranan Anda pada komentar di bawah, juga menjadi keheranan banyak orang, termasuk saya ; sekaligus menimbulkan banyak pertanyaan. Sepertinya, memang ada "semacam yang tidak beres dengan kondisi psikologisnya". Secara logika sederhana saja, jikalau terjadi kebakaran (kebakaran bisa saja terjadi karena rembetan dari tetangga sebelah, atau hal yang lainnya sebagai sumber petaka) - dan asuransi senilai luar biasa pun atas rumahnya itu - tidak akan sebanding dengan timbunan uang yang ada di dalam rumahnya itu. Sungguh sesuatu yang sulit untuk dicerna secara logika normal !! Kecenderungan perilaku orang tersebut sepertinya mirip-mirip dengan "Plyushkin's Disorder" atau biasa lebih dikenal sebagai "Hoarding Disorder". Selengkapnya, bagi yang berminat - silakan ditelusuri mengenai "Hoarding Disorder". Menurut pendapat saya pribadi, faktor-faktor yang menyebabkan orang tersebut menimbun uang dalam jumlah yang fantastis di dalam rumahnya, kemungkinan besar dikarenakan hal-hal sebagai berikut : [1/2]
Mada Suradi
Alhamdulillah kejagung menjadi Rambo baru yg bisa menyikat sedikit demi sedikit para tikus... Kami pelukis sampai miris melihat di TV uang 1 triliun disimpan di kontainer plastik pakaian.. Kita makan nasi 1 piring saja sdh kenyang dan hrs susah payah.... Eh eni perut si tikus cuma sebuncit itu kalo makan bisa satu kontainer truk sekali telan.... Duh Gusti... Kok urip wong koyok ngene.... Wkwkwk
Achmad Faisol
ditemukannya uang Rp 1 triliun di rumah seorang pejabat MA. ####### saya benar-benar heran, kok uang itu ga dipakai...? dulu juga pernah, mantan hakim mk, uangnya ditumpuk saja di kamar... sampai-sampai ada yang menganalisis bahwa kebahagiaan orang seperti itu cukup melihat tumpukan uang... kalau begitu, ngapain korupsi...?
Waris Muljono
Di bawah presiden Prabowo Ini adalah periode kedua pak ST Burhanudin menjabat Jaksa Agung, melanjutkan periode pertamanya di bawah presiden Jokowi. Rasa-rasanya di periode pertamanya Kejaksaan Agung ga segarang sekarang. Padahal jaksa agungnya orang yg sama. Orang yg sama, punya kewenangan sama, tindakannya jauh berbeda, karena punya atasan langsung (presiden) yg berbeda. Sy yg awam menyimpulkan peranan presiden Prabowo sangat besar dibalik kegarangan kejaksaan agung akhir-akhir ini.
bocah ilank
Sy juga punya pertanyaan. Di saat kejagung sibuk menangkap koruptor2 bahkan yang kelas paus ditumpuk 300, sy masih menyaksikan kejati & kejari di daerah terima atau bahkan meminta "jatah". Jadi saya bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Di media kejagung begitu harumnya, tapi di bawah meja saya menyaksikan tumpukan daging busuk yang tidak pernah disingkirkan. bau busuknya tertutup oleh harumnya berita ttg penangkapan oleh kejagung.
Lagarenze 1301
Ada juga Jaksa Agung yang layak mendapatkan penghargaan Rekor MURI. Mentersangkakan seseorang sampai tiga kali. Yang ditersangkakan pun layak masuk Rekor MURI. Tiga kali tersangka dan tiga kali bebas.
Mirza Mirwan
Orang Jawa bilang "nyolong pêthèk". Di luar dugaan. Ya, terpilihnya Kardinal Robert Francis Prevost sebagai Paus -- memilih nama Paus Leo XIV -- benar-benar di luar dugaan. Benar bahwa beliau orang dalam Vatikan. Sejak 2023 menjadi Kepala Departemen Keuskupan (Prefect of the Dicastery of Bishops), yang membantu Paus dalam urusan uskup sejagad, termasuk menunjuk uskup atau membentuk keuskupan baru. Tetapi nama Robert Prevost tak pernah disebut sebagai kandidat potensial pengganti Paus Fransiskus. Di media, bahkan juga Vatican News, yang disebut-sebut adalah Pietro Parolin (Menlu Vatikan), Luis Antonio Tagle (Filippina), Peter Turkson (Ghana), Peter Erdo (Hungaria), Matteo Zuppi (Bologna), Purbattista Pizzaballa (Yerusalem), dan Robert Sarah (Guinea). Lha iya, media kan tidak minta pendapat anggota Kolese Kardinal, khususnya 133 kardinal yang (akan) mengikuti Konklaf pemilihan Paus. Yang jelas, Presiden Trump bangga nian dengan terpilihnya Robert Prevost. Sebab Paus baru ini dari Amerika (kelahiran Chicago), sejak remaja sudah menjadi "altar boy", meski sebenarnya selama beberapa dekade menjadi misionaris di Peru. Sebelum Paus Fransiskus menariknya ke Vatikan tahun 2023, Prevost (69) adalah Uskup Agung Chiclayo, Peru (sekitar 90 menit penerbangan dari Lima ke utara). "Congratulation to Cardinal Robert Francis Prevost, who was just named Pope Leo XIV. It is such an honor to realize that he is the first American Pope. What excitement and what a Great Honor for our Country.
Komentator Spesialis
CYBER WIWI Surprise lha kok yang berita yang saya dalami semalam jadi topik CHDI hari ini. Sebenarnya kasus ini sudah lama diberitakan. Namun saya lewatkan begitu saja, bahkan nggak pernah saya baca. Karena penasaran atas penangkapan sebuah kelompok "Cyber Army", iseng iseng baca dan browsing. Bicara soal Cyber army, pernah populer menjelang pilpres dulu. Juga ditangkap tangkepin. Karena alasan membahayakan eksistensi dan kesinambungan si wiwi yang seperti anda sudah ketahui, bikin tatanan aparat negara ini rusak, tidak netral, dipakai untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan. Itulah rusaknya si wiwi, bikin tatanan negara hancur ! Ternyata kali ini penangkapan kelompok cyber army berbeda. Bukan karena aksi meruntuhkan kekuasaan Prabowo. Tetapi karena mereka melakukan aksi yang "menghalang halangi" penegakan Tipikor. Mudah mudahan ini menjadi pembuka lembaran baru upaya pemberantasan korupsi di negara kita. Kunci utama kemajuan bangsa adalah bagaimana menghilangkan korupsi dan penyalahgunaan wewenang pada semua lini praktek kenegaraan. Sebagaimana success story yang telah dicontohkan oleh China. Tahun 1998 ketika PM Zhu Rongji baru dilantik, dia memulai perang terhadap para koruptor dengan ucapannya yang terkenal: " Siapkan 100 peti mati untuk para koruptor, dan gunakan 99 peti mati itu, sisakan 1 peti untuk saya bila saya korupsi". Sejak saat itu, China sudah menghukum 700 ribu lebih pejabat, termasuk petinggi partai. Dan banyak diantaranya yang dihukum mati. Wow !
Alexs
Apakah Kejaksaan Agung akan serius memberantas korupsi?. Menterjemahkan kemauan Presiden Prabowo sesuai hukum yang memang harus ditegakkan. Ingat yang pernah disampaikan "Saya akan memberantas korupsi walaupun sampai ke laut antartika". Dan kemarin di May Day disampaikan dengan sangat semangatnya "Saya tahu siapa yang melakukan korupsi. Saya akan membersihkannya". Begitulah antara lain apa yang sudah disampaikan. Kasus besar jelas welo-welo di mata rakyat : 1. Kasus PIK-2 yang telah merampok tanah rakyat, dan berlindung dari PSN yang dikeluarkan presiden Jokowi. Pelakunya baru ditangkap hanya Lurah Kohot?. Masak sih lurah punya kewenangan merampok ribuan hektar dan sebesar itu?. Di belakang sudah banyak diketahui rakyat kalau ada beberapa mantan petinggi yang jadi komisaris yang terafiliasi ke PIK-2. 2. Kasus korupsi Pertamina yang baru pejabat ecek-eceknya yang ditangkap. Para pembesarnya masih bebas dan berada di lingkaran kekuasaan malah?. 3. Kasus impor gula dengan memperkarakan hanya Tom Lembong. Sementara menteri sebelumnya dengan instruksi yang sama di impor gula tidak dipermasalahkan. 4. Kasus penambangan timah di Batam yang telah merusak alam, yang diperkarakan baru satu sementara para preman dan pemalak tambang besarnya masih bebas beroperasi sampai hari ini. 5.Kasus ekspor CPO yang sekarang kelihatannya baru ditangani dengan serius. Apakah karena kasus ini tidak ada keterlibatan beberapa jendral, sehingga ada keberanian?. Semoga tidak benar.
djokoLodang
-o-- Selingan -- Intermezzo Pria berusia 65 berjalan ke ruang tunggu dokter yang penuh sesak dan mendekati meja resepsionis. Resepsionis menyambutnya dan bertanya, "Apa yang membuat Anda datang menemui dokter hari ini?" Tanpa ragu, dia menjawab lantang, "Ada yang salah dengan penis saya." Ruangan menjadi sunyi, dan wajah resepsionis memerah. "Tuan," katanya dengan tegas, "ini ruang tunggu umum. Anda tidak bisa begitu saja mengatakan hal-hal seperti itu. Itu tidak pantas! Jika Anda memiliki masalah pribadi, Anda harus mengatakan sesuatu yang samar, seperti Anda memiliki masalah dengan telinga Anda, dan kemudian mendiskusikannya secara pribadi dengan dokter." Pria itu mengernitkan alis dan mengangkat bahu. "Anda bertanya apa yang salah, dan saya memberi tahu Anda." Bertekad untuk tetap tenang, resepsionis itu mendesah, jelas-jelas dia gugup. "Baiklah, lain kali tolong lebih berhati-hati." Pria itu mengangguk, keluar dari ruangan, dan menunggu beberapa menit sebelum kembali. Ia berjalan dengan sikap tenang. Resepsionis tersenyum puas, mengira dia telah memberinya pelajaran. "Selamat datang kembali, Tuan. Apa yang bisa saya bantu hari ini?" "Ada yang salah dengan telinga saya,". Resepsionis mengangguk setuju. "Bagus. Dan apa masalah nya?" Ia mencondongkan tubuh dan berkata keras dan tegas, "Saya tidak bisa buang air kecil lewat telinga." Tawa pun meledak di ruangan itu. Sementara resepsionis tersipu malu. --koJo.-
Mirza Mirwan
Mungkin hanya karena ada kasus PT Timah maka kelihatan pamor Kejagung lebih wah. Padahal sejak menduduki kursi Jaksa Agung 23 Oktober 2019 kinerja Sani Tiar (ST) Burhanuddin juga cukup wah. Kasus korupsi PT Asurasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI) senilai Rp22,78 triliun dan PT Asuransi Jiwasraya senilai Rp16,8 triliun ditangani Kejagung di bawah ST Burhanuddin. Saya pernah bilang lebih percaya Kejagung ketimbang KPK -- secara sinikal saya menyebutnya Pake K. Kejagung lebih banyak menyelamatkan uang negara ketimbang KPK. Saya pernah menganalogikan membrntuk KPK itu seperti "menambal sarung tersundut rokok dengan sutra 1m²." Orang Jawa bila "ora sumbut" atau "ora cucuk". Anggaran untuk KPK jauh lebih besar ketimbang hasil yang diperoleh: uang negara yang diselamatkan. Selama UU Tipikor tidak membuat calon koruptor takut, selama itu pula korupsi tetap akan terjadi. Pemerintah boleh saja menyusun RUU Tipikor dengan ancaman hukuman berat. Tetapi apakah DPR akan mensahkannya? Laa yumkin. Itu mengalungkan tali jerat ke leher namanya. Pikir saja. Seorang caleg mengaku ngabisin Rp 15 miliar. Mau dihitung bagaimanapun caranya, jumlah itu tak akan kembali dari gaji dan tunjangan selama 5 tahun. Lha terus gimana? Ah, kura-kura makan tahu.
Lagarenze 1301
“Tentu Dewan Pers kini juga pusing.” Dewan Pers lama ke baru akan serah terima pada pertengahan Mei ini. Mari berharap banyak ke sembilan anggota yang sudah terpilih beberapa waktu lalu. Unsur Tokoh Masyarakat: 1. Komaruddin Hidayat 2. M Busyro Muqoddas 3. Rosarita Niken Widiastuti Unsur Perusahaan Pers: 4. Dahlan Dahi 5. Totok Suryanto 6. Yogi Hadi Ismanto Unsur Wartawan: 7. Abdul Manan 8. Maha Eka Swasta 9. Muhammad Jazuli Tanpa menafikan tujuh lainnya, dua nama ini menurut saya bisa menjadi faktor pembeda Dewan Pers 2025-2028: Komaruddin Hidayat dan Busyro Muqoddas.
Mbah Mars
Bolkin:"Kok belum sekolah Brik ?" Jabrik:"Tadi ke Puskesmas dulu Yah. Ini baru mau berangkat ke sekolah" Bolkin:"Periksa apa tadi ?" Jabrik:"Golongan darah, Yah" Bolkin:"Hasilnya bagaimana ?" Jabrik:"B, Yah" Bolkin:"Oke Brik. Yg semangat ya. Terus berusaha. Besuk dicoba lagi. Kamu pasti bisa A"
Komentator Spesialis
Apakah aparat penegak hukum bisa bekerja tanpa intervensi Presiden ? KEJAGUNG : Diangkat Presiden HAKIM : Diangkat Presiden KAPOLRI : Diangkat Presiden PANGLIMA TNI : Diangkat Presiden KOMISIONER KETUA KPK : Memang bukan Presiden yang milih. Tapi Presiden ikut menentukan Pansel KPK Sejak reformasi sampai Jaman SBY, mereka semua bisa dibilang independen. Sejak pemerintahan Jokowi keindependenan tsb. jadi amburadul tercampur kepentingan politik. Bahkan sudah lengserpun dia masih pengen campur tangan.
Agus Suryonegoro III
KEJAGUNG NGEBUT: ANTARA GAS DAN REM.. Kejaksaan Agung tiba-tiba ngebut seperti motor yang rem-nya macet: Kasus pagar laut, sawit, Pertamina, timah, sampai buzzer—semuanya dikejar. Hebat? Mungkin. Aneh? Bisa jadi. Catatan Harian Dahlan hari ini membuat saya mikir: Ini sinyal perbaikan hukum, atau sekadar efek “show of force”? Kalau benar-benar bersih, kita patut angkat topi. Tapi kalau cuma ganti pemain, ya.., topinya kita lipat lagi. Uniknya, Presiden Prabowo digambarkan memberi lampu hijau permanen. Jangan-jangan itu lampu taman, nyala terus tapi nggak ada yang lewat? Atau justru lampu disko, bikin bingung mana ijo, mana merah. Menarik juga soal buzzer diseret hukum. Kalau buzzer aja bisa kena, berarti kita semua wajib hati-hati: Jangan-jangan nulis komentar di Disway sambil nyicip gorengan pun bisa disadap! ### Apapun itu, kita tunggu: apakah Kejagung ini marathon atau cuma sprint? Yang penting, jangan lupa—sehebat-hebatnya Kejagung.. 1). Penegakan hukum bukan soal lomba cepat. 2). Tapi konsistensi sampai garis akhir. 3). Kalau jatuh, semoga jatuhnya ke pelukan reformasi. Bukan jebakan mafia.
Warung Faiz
Nyanyian kejagung buat koruptor: Jika tdk hari ini..mungkin minggu depan Jika tdk minggu ini...mungkin bulan depan.. Jika tdk bulan ini...mungkin tahun depan... Kita usahakan lg sayang... Yakin waktunya khan datang...
Daeng Romli
KPK ketika masih punya taring dulu (DULUUU) sangat bisa diandalkan utk memberantas korupsi. Karena lembaga penegak hukum sepet hakim, jaksa dan polisi sama2 setali tiga uang alias gak ada hasilnya. Kemudian KPK mulai dilemahsyahwatkan oleh pemerintah, semua "senjata" yg digunakan utk kerja dipreteli satu demi satu, alasannya ada yg bilang melanggar HAM. Sekarang di pemerintahan PS Kejagung yg dianggap punya taring dan "senjata" hingga tdk punya rasa takut (kata Abah dlm artikel ini)...sehingga semua korupsi besar berhasil diungkap oleh kejagung bukan oleh KPK. Harapannya setelah ini dianggap berhasil jangan dilucuti senjata kejagung terutama oleh de-pe-er yg merasa dirugikan krn hal ini (penangkapan koruptor2 gajah). dan yg paling penting proses hukum selanjutkan, bukan malah ngendon dan seolah dipetieskan. Lah wong kasung seperti korupsi asabri, jiwasraya, timah wes gak ada gaungnya lagi.., MAMPET #wesngonoae
yea aina
"Kok seperti nggak takut pada backing mereka.' Kalau backing mereka masih "berkuasa" pasti tidak di ACC untuk melanjutkan kasusnya. Setelah pensiun, ini waktunya melanjutkan 'keberanian" yang tertunda. Kalau masih ada bau-bau "transaksi politik", paling jauh para cecunguk koruptor yang ditangkap. Backing tetap tak tersentuh. Aman! : : Bahkan terakhir menersangkakan buzzeRP. Seperti makan bubur panas dari pinggiran. Cecunguk penggalang opini publiknya ditangkap dulu, tapi penyandang dana di tengah "bubur panas" akan disisakan. Tiidak dimakan. Aman!
Jimmy Marta
Ungkapan time is money, anda mungkin sudah bosan mendengarnya. Terlalu sering. Tapi apakah anda sudah dengar, time is luck?. Keberuntungan karena waktu. Lebih tepatnya, anda beruntung karena berada di waktu yg tepat. Anda sial karena ada di waktu yang salah. Kita tentu ingat ANK di kasus Taspen. Mantan dirut. Jika saja ANK jadi dirut hari ini -setelah UU No 1 2025- mungkin beliau tak jadi pesakitan. Karena investasi dana Taspen yg diperkirakan merugikan negara 1 Trilyun. Ber investasi memang bisa untung, namun kadang juga buntung. Jika ingin laba, tentu ada hitungannya. Perhitungan cermat dan waktu yang tepat pasti bisa selamat.
Muliyanto Krista
Jangan keburu bahagia dahulu. Tunggu sampai beberapa bulan ke depan. Tidak jaminan hari anda bisa log in besok pagi bisa log in juga. Sudah banyak perusuh yang nangis gulung-gulung karena gak bisa log in lagi.
Juve Zhang
Lihat di Moskow wow Om Jin Ping dan Om Putin akrab....menjelaskan banyak photo lama di Kremlin....om Jin Ping santai masih kuat daki tangga panjang artinya phisik prima.... Mahmoud Abbas Gak kuat naik tangga akhirnya naik Lift....rupanya mau malam bersama om Putin harus olahraga dulu....nafas om Jin Ping gak Ngos ngos an....banyak kepala negara masih kuat jalan naik tangga.... apalagi anak muda presiden Burkina Faso masih 30 an....bahkan dijemput pesawat khusu Rusia....ada antar jemput....hebat om Putin....
Sumber:
Komentar: 52
Silahkan login untuk berkomentar