No Gag

No Gag

--

SERI kedua Safari Ramadan hari ini tertunda oleh pertanyaan berikut ini: kenapa Donald Trump tidak bicara apa-apa di pengadilan Selasa kemarin?

Rupanya Trump sudah mendapat nasihat dari tim pengacaranya: di pengadilan, setiap ucapan yang tidak disiapkan dengan baik akan membawa konsekuensi hukum. Dan ia, kali ini, mendengar nasihat itu.

Sejak mendengarkan dakwaan yang dibacakan hakim Juan Merchan kemarin, Trump bukan lagi satu-satunya pengatur skenario drama kehidupannya. Ia tidak bisa lagi semaunya sendiri.

Memang di sidang pertama kemarin itu hakim tidak memberlakukan ''gag''. Tapi hakim telah mengingatkan agar masing-masing pihak menahan diri. Terutama dalam bersikap. Juga dalam berkata-kata. Agar tidak membuat ketegangan dan kerusuhan sosial.

Di banyak perkara, hakim memberlakukan ''gag''. Misalnya di pembunuhan 4 mahasiswi U of I di Idaho itu. Hakim memerintahkan agar terdakwa, pengacara, para saksi, jaksa, dan keluarga tidak boleh bicara terkait perkara. Kepada media. Kepada siapa pun. Hakim memberlakukan ''gag''.

Dalam perkara Trump hakim tidak mengenakan ''gag''. Atau belum. Selama ini pihak Trump memang berjuang untuk tidak ada ''gag''. Itu adalah bagian dari kebebasan berbicara yang dijamin konstitusi. Hakim Juan Merchan bahkan menambahkan alasan: Trump adalah calon presiden yang harus banyak bicara.

Tapi dengan imbauan agar tidak memancing ketegangan dan kerusuhan sosial, hakim akan terus memonitor apa yang akan berkembang. Kalau imbauan itu tidak ditaati bisa saja, di tengah jalan, hakim memutuskan untuk ''gag''.

Tulisan ini saya buat sebelum Trump berpidato di estate-nya di Mar a Lago di Florida. Pidato itu sudah direncanakan sejak beberapa hari lalu. Ia akan menumpahkan banyak hal setelah pulang dari penyerahan dirinya sebagai terdakwa di New York.

Sebelum ia menyerahkan diri pun ballroom di Mar a Lago sudah ditata. Disiapkan sekitar 200 kursi. Tokoh-tokoh Republik diundang. Pendukung utamanya diundang. Panggungnya dibuat seperti panggung acara tunggal yang besar.

Saya tidak tahu apakah isi pidatonya diubah dibanding yang direncanakan. Apakah sudah dibuat lebih hati-hati. Atau lebih pendek dari kebiasaan Trump. Atau masih sama saja. Yang jelas, Trump kini tidak bisa lagi semaunya.

Peringatan hakim itu juga sekaligus untuk para pendukung fanatik Trump. Begitu ada kerusuhan maka hakim bisa bikin keputusan baru.

Hakim Juan Merchan sangat berpengalaman. Ia kelahiran Kolombia, Amerika Latin. Ia diajak orang tua pindah ke Amerika saat usianya 6 tahun. Mereka tinggal di New York. Jadi orang New York. Sampai sekarang. Ia juga yang menghukum perusahaan Trump tahun lalu.

Sidang pertama kemarin berlangsung 57 menit. Trump tidak diborgol. Ia memasuki ruang pengadilan dengan wajah serius cenderung merengut. Konsisten terus seperti itu. Sampai ia meninggalkan ruang sidang.

Jaksa minta bicara. Hakim mempersilakan. Jaksa Alvin Bragg menyinggung soal gambar Trump mengayunkan pemukul baseball ke arah kepala Bragg. Pengacara berkilah hal itu karena Trump dalam keadaan frustrasi karena dikriminalisasi. "Kalau di kejadian ini tidak ada orang bernama Donald Trump tidak akan jadi perkara," ujar pengacara.

Imbauan hakim tadi disampaikan setelah terjadi bantah membantah itu.

Di dakwaan itu Trump dianggap melakukan 34 tindak kriminal serius. Membayar uang tutup mulut ke bintang film pornonya sendiri tidak kriminal. Tapi proses pembayarannya itu yang kriminal karena penuh pemalsuan.

"Terdakwa yang mengatakan tidak melakukan semua itu pun sudah kriminal," ujar jaksa.

Mengganti uang pembayaran tutup mulut ke Michael Cohen kriminal. Mencatat penggantian itu sebagai pembayaran jasa pengacara kriminal. Melebihkan penggantian yang itu agar cukup sekalian untuk pajaknya kriminal. Total ada 34 perbuatan kriminal. Kalau ancaman hukumannya dijumlahkan melebihi 100 tahun penjara.

Tentu Trump tidak akan menerima hukuman sebanyak itu. Bahkan ia belum tentu bersalah. Dewan jurilah yang akan menentukannya. Dan itu masih lama. Sidang berikutnya baru akan dilangsungkan hampir setahun yang akan datang: tanggal 4 Desember 2023. Saat itu partai-partai pasti sudah memutuskan siapa calon presiden mereka. Sudah mulai kampanye pula.

Maka untuk mengikuti sidang-sidang pengadilan berikutnya Trump akan sangat sibuk. Apalagi kalau ia benar-benar terpilih jadi calon presiden partai Republik. Ia harus sering ke New York. Ke pengadilan.

Tapi bisa jadi itu juga sekalian jadi panggung kampanyenya. Ia masih orang bebas. Tidak ditahan. Tidak pakai uang jaminan.

Yang jelas Trump seorang petarung hebat. Peluang sesempit apa pun bisa ia manfaatkan. Yang justru berat adalah rumor di Daily Mail ini: Melani kemungkinan besar lagi akan minta cerai.

Dan artis film porno Stormy Daniels tetap tidak kehilangan kepornoannyi. Di tengah heboh di sidang pengadilan itu dia kirim tweet: dari pada di bawah tuduhan lebih enak di bawah laki-laki yang seksi. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 5 April 2023: Safari Ramadan

Yusuf Ridho

Bahasa Banjar, Kalimantan, untuk "berkarat" adalah "batagar". Pak Dahlan orang Jawa sehingga pelafalannya terpengaruh. "A" menjadi "e". Batagar menjadi betagar. Jadi, tidak ada masalah. Meski begitu, karena "batagar" masih merupakan bahasa daerah dan belum diindonesiakan, alangkah lebih baiknya penulisan batagar dimiringkan dan diberi penjelas bahwa maknanya adalah "berkarat" dalam tanda kurung. ....batagar (berkarat)... Demikian.

 

reskon indo

Bersyukurlah bah bisa melakukan safari ramadhan. Bagi kami warga desa yang orang biasa2 saja, kegiatan bulan puasa kali ini kami habiskan di sawah. Tentu bulan puasa kemarin2 dulu juga bulan2 puasa mendatang. Warga desa kami melakukan tradisi ke makam leluhur saat sehari sebelum masuk bulan puasa dan sehari sebelum lebaran. Pada saat momen seperti itu makam desa kami sangat ramai. Efeknya lingkungan makam desa juga jadi bersih. Kecuali tertinggal beberapa makam masih kotor karena keluarga mereka menganut keyakinan kalau ke kuburan itu bid'ah. Tapi ya sudahlah, kami hanya bisa bantu membersihkan daun2 kering diatasnya. Untuk rumput dan tumbuhan perdu mohon maaf kami tdk bisa membantu. Semangat berpuasa ya bah.... Semoga bulan puasa mendatang kita masih diberi kesempatan utk bisa melksanakannya lagi.

 

Amat K.

Tidak ada yang abadi. Ada Yang bisa hidup-mati berulang kali : sakelar lampu dan ... Ahsudahlah, tapi akhirnya juga mati.

 

iMM Indonesia Markup & Maju

Sebagian "rumor" kisah kehidupan orang jadul "zaman pak harto". Maling kayu jati satu biji. Di pikul sendiri. Karena maling. Jalan kaki. Tak ada truk fuso. Naik turun naik turun. Untuk di tuker nasi, atau singkong. Paling, satu biji dapat satu piring. Sampai ada kejadian orang maling nasi. Saking kebanyakan tragedi pada zaman itu. "Lalapannya belalang". Zaman presiden sekarang. "Mangan loss. Ngerokok loss. Joget 30 detik dapat di tuker kendaraan mewah. Nonton TV tak perlu selalu berjamaah. Ngecap asal ngomong, nyerang pemerintah misal juga dapat uang biasanya". Kurang piye-piye???. Wkwk.

 

Giyanto Cecep

kalau aku cerita masa lalu, masa ketika kecil dikampung dibawah kaki gunung slamet yang selalu slamet tidak meletus, didepan anak-anak dan istri, komentar anak diawali dengan kata .. yah cerita sengsara lagi dech ... kenyataan memang demikian, orang seumur saya dan juga seumur pak DI, yang lahir dikampung, ceritanya hampir sama atau paling tidak mirip. cerita tentang surau kecil dengan ustadz yang sudah tua dengan tangan yang selalu adem ketika diajak salim, cerita tentang main bola disawah dengan bola buatan sendiri dari kaki diunthel-unthel, cerita ketika jalan dijalan setapak malam-2 kemudian menginjak "kotoran kerbau" , cerita ketika pulang ngaji lewat rumpun bambu yang bergerak mentiung tertiup angin dan kita serempak " ana memediiiiii "... lari tunggang langgang, cerita tentang mandi di sungai yang bening dan adem, cerita mencari jangkrik disawah .. itula sebagian cerita anak kampung .. yang khas .. entah kampung mana.. asal masih indonesia .. dan jawa saya tidak tahu, apa yang akan anak-anak saya ceritakan ke anak-anak mereka nanti. apakah akan cerita ketika pertama kali main nentendo ? .. ketika pertama kali main PS-1 ? .. entah jaman memiliki kekhasan dan romantisme sendiri-sendiri .. begitulah sunnatullah

 

Amat K.

Bahasa Banjar "batagar" atau "betagar" sama saja, Om @YR. Yang pertama pelafalan dalam dialek Banjar Hulu (BH). Yang kedua pelafalan dalam dialek Banjar Kuala (BK). Abah Dis banyak bergaul dengan penutur bahasa Banjar Kuala (Galuh Samarinda). Karena saya dan Pak Joko tinggal di daerah hulu Kalimantan Selatan, kami melafalkannya "batagar".

 

 

Jokosp Sp

Paku-paku yang lain bolehlah "batagar". Tapi amun paku yang satunya sama sekali kadak boleh sampai batagar, bahaya banar, kadak ada bararti hidup ini. Jadi harus rajin marawatnya, rajin mamakainya, rajin maasahnya biar tatap landap saat handak mamakainya. Harus rajin jua mambari hintalo bajarang satangah matang biar tatap kawa tagak sampai syubuh. Itu pang resep tatuha bahari. Harus rajin-rajin jua mamandiakan lawan randaman banyu sirih biar harum. Sisihakan sapalih randaman banyunya buat mamanya jua, Khasiatnya wiuh tok cer banar. Selain harum, bisa keset banar kayak masih pengantin hanyar ja. Buktikan hak ulun kadak badusta, ulun bujur kadak bajual jamu. Makanya pinggir kabun ada ai tanaman sirih subur bagalantungan. . Maaf puasa, ini khusus konsumsi orang tuha yang tahu bhs banjar ja.

 

Yellow Bean

Pak @Yusuf Ridho Di kampung saya saleh adalah olahan pisang. Terimakasih koreksinya

 

Liam Then

Saya dulu saking seringnya di tanya kapan nikah. Saya jawab : daya mau piara sapi saja, bosan bisa di jual, kalo nikah, habis banyak, bosan tak bisa di jual. Yang tanya langsung mesem-mesem. Ada benarnya juga

 

Samsul Arifin

Tetangga, sanak saudara selalu punya stok untuk bertanya setiap kita silaturahmi dan Unjung Unjung ketikan hari. 1. Ketika Seumuran TK yang ditanya orang tuanya. 2. Ketika Seumuran SD biasanya ditanya udah kelas berapa ini. 3. Ketika Seumuran SMP/ Mts dan SMU/ Aliyah masih seputar sekolahan dan kadang kadang udah nanya udah punya pacar belum. 4. Ketika udah kuliah pasti ditanya udah semester berapa? Dan pasti sudah ada yang cocok belum ? 5. Tapi Klo udah lulus Pertanyaan "KAPAN NIKAH " sudah pasti di dengar di setiap kita silaturahmi... Tapi itulah hidup akan selalu ditanyakan oleh orang lain. Dan Bahkan Ketika Orang MATIPUN akan ditanya Oleh Malaikat. Begitu pula Nanti Di Akhirat Kita akan ditanya berbagai oleh TUHAN... Saya pikir hidup dan Mati kita harus siap menerima pertanyaan pertanyaan... Tapi memang benar ketika di Dunia Perjombloan Yang paling ngenes bila ditanya "KAPAN NIKAH".

 

 

Agus Suryono

ANAK JAMAN DULU BANYAK YANG KORENGAN KAKINYA.. Hal itu karena.. 1). Jarang yang punya alas kaki. 2). Suka hujan-hujan.. 3). Tidur malam tidak didahului "cuci kaki". Padahal sebelumnya kemana-mana, hari itu, tetap tanpa alas kaki. Dan menginjak apa aja yang ada di bawahnya. 4). Orang jaman itu banyak yang belum tahu istilah alergi. Apa aja dimakan, meskipun itu makanan allergen. #mbah Google belum ada..

 

Gregorius Indiarto

KORENGAN Kenapa waktu kecil, (anak jaman dulu) banyak anak korengan? Karena jorok. (pengalaman pribadi). Waktu kecil tidak pernah tidak punya koreng, hanya karena tertusuk duri ilalang (drejek) saya bisa korengan. Digigit semut pun bisa jasi koreng, bernanah karena gatal, digaruk (kuku panjang), infeksi,.... Dan anehnya waktu itu kalau korengan/sakit saya harus ke petugas medis/mantri. Tidak sembuh kalau hanya di "suwok" mbh dukun. Kasihan Bapak waktu itu, hampir setiap bulan haeus mengantar ke mantri, yg artinya kerja sehari hanya untuk berobat sekali. Dan berhenti korengan setelah SMP, setelah mulai tau kebersihan. #koreng tidak jauh dg jorok

 

Leong Putu

Walau waktu kecil hidup mewah, tapi kaki saya tidak korengan. Karena : Aku anak sehat, burung ku kuat, karena ibu ku rajin dan cermat, Selama aku bayi, slalu diberi asi, makanan bergizi dan imunisasi.

 

Liam Then

Saya juga korengan waktu kecil, macam-macam lah sebabnya, jatoh di aspal, kena beling, tersengat lebah, di gigit binatang, bahkan pernah juga di gigit orang. Maklumlah, namanya anak kecil jaman dulu. Maennya jauh, ndak kayak anak jaman sekarang, keluar pintu sudah di teriaki ,mau kemana. Anak jaman dulu , gak dicari kalo belum magrib. Sehingga perasaan saya waktu itu kok mirip kambing yah? Hehehe... Mungkin karena dulu waktu kecil sering korengan sembuh sendiri, seperti yang Ko Yang An bilang, itu reaksi antibodi tubuh, hasil darah yang membeku, saya setelah dewasa ada luka cepat sembuh dan kering, jarang sakit. Jarang terkena infeksi. Akibat dari kecil sudah sering terlatih antibodinya. Tuan Puan yang dulu juga sering korengan, tentu sudah tau asiknya nglothoki koreng kering. Akibatnya bablas, koreng yang seharusnya kering , terbuka kembali menjadi luka, akibatnya sembuhnya tambah lama. Hahaha, sapa suruh itu koreng makin di klothoki makin gatal dan sensasinya yang unik setelah di klothoki. Saya geleng-geleng sendiri, topik koreng saja, ndablusnya panjang sampai hampir kena batas karakter.

 

Liam Then

Jangan tanya abang nak kemane/ Kalau adek tak mau ikot/ Cucur keringat tak seberape/ Demi adek abang tak takot/ Sungai Kapuas banyak udang/ Bagian hulu arusnya deras/ Kalo sudah masalah uang/ Memang harus kerja keras/ Rintik rintik hujan sehari/ Tak membekas di atas talas/ Cucuran keringat membasahi diri/ Ada waktunya pasti terbalas/ Menunggu orang di simpang empat/ Sambil berlindung di tempat teduh/ Cari uang jangan asal dapat/ Jaga juga kondisi tubuh/ Hari-hari tuntas terlewat/ Bangun pagi pulang petang/ Semoga Bang Udin tetap kuat/ Banyak rezeki kumpulkan uang/

 

Liam Then

Orang yang bilang; penak jamanku toh, itu buta situasi. Zaman sekarang orang miskin makannya ayam penyet 10k lengkap sambal ulekan, malah kadang ada kriuk-kriuknya. Zaman dulu banyak yang makan nasi di labur minyak bekas goreng ikan asin, atau nasi plus garam atau kecap asin. Zaman dulu ada rumah warga yang yang baik hati, setiap minggu hari tertentu, ramai terus dikunjungi warga yang mau nonton acara tv. Zaman sekarang ditanya Wa nya apa,facebooknya apa, wow, punya telepon portable yang bisa dibawa kemana-mana. Bisa tersambung langsung dengan internet. Modal 5k bisa dapat sambungan wifi gratis berjam-jam di kafe kopi. Zaman sekarang anak kecil umur 4 sudah lazim ditanya kelas berapa, nol besar, nol kecil. Ramai yang sudah mampu masuk PAUD. Zaman dulu? Kwkwkwkkw, umur 8-10 pertanyaannya ada sekolah?

 

Liam Then

Kwkwkwkwk,saya jadi membayangkan bos pabrik salep ngeluh ke relasi ; "Omset susah sekarang Bos, yang panuan dan korengan sudah langka"

 

Komentator Spesialis

Jaman PKI memang yang paling parah Magetan dan Madiun. Sasarannya ulama dan santri. Entah bagaimana caranya PKI begitu mudahnya menarik anggota dari penduduk sipil. Saya dengar salah satu yang paling parah memang Takeran. Kebetulan kakek saya tinggal di tengah kota Magetan. Ulama dan saudagar. Saudagar kulit. Jagal sapi dan domba. Karena itu di rumah kakek yang sangat luas ada pabrik penyamakan kulit. Kulit dari yang masih berdarah sampai yang sudah dijemur siap disamak. Waktu peristiwa pembantaian PKI itu, rumah kakek tidak luput dari tempat yang disambangi PKI. Alhamdulillah kakek selamat dengan melumuri badan dengan darah dari kulit yang masih baru lalu pura pura mati.

Sumber:

Komentar: 404

  • Adinda Rahmatillah
    Adinda
  • Nur azizah
    Nur
  • ITA TALIA
    ITA
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • alasroban
    alasroban
  • Kang Sabarikhlas
    Kang Sabarikhlas
  • mzarifin umarzain
    mzarifin
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Siti choirun Amala
    Siti choirun
    • Iil Community
      Iil
  • Riffana Ths
    Rffnaaa Tharyyy
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
    • Legeg Sunda
      Lègég Sunda
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • Liam Then
    Liam Then
  • Pryadi Satriana
    Pryadi
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
    • Liam Then
      Liam Then
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Jokosp Sp
      Alexs
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Fiona Handoko
      Fiona Handoko
    • Pryadi Satriana
      Pryadi
    • Pryadi Satriana
      Pryadi
    • Otong Sutisna
      Otong
    • Legeg Sunda
      Lègég Sunda
  • Amat K.
    Amat K.
    • Handoko Luwanto
      Handoko
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Liam Then
      Liam Then
    • Jokosp Sp
      Alexs
    • Amat K.
      Amat K.
    • Amat K.
      Amat K.
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Otong Sutisna
      Otong
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
  • Liam Then
    Liam Then
  • Handoko Luwanto
    Handoko
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Liam Then
    Liam Then
    • Amat K.
      Amat K.
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
    • Liam Then
      Liam Then
    • Otong Sutisna
      Otong
  • Amat K.
    Amat K.
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • Amat K.
      Amat K.
  • Liam Then
    Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Fiona Handoko
      Fiona Handoko
    • Liam Then
      Liam Then
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Liam Then
      Liam Then
  • Kliwon
    Kliwon
    • Amat K.
      Amat K.
    • Jo Neka
      Jo
    • Jokosp Sp
      Alexs
  • Samsul Arifin
    Samsul
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • Handoko Luwanto
    Handoko
    • Amat K.
      Amat K.
    • Liam Then
      Liam Then
  • Fiona Handoko
    Fiona Handoko
  • thamrindahlan
    thamrindahlan
    • Yusuf Ridho
      Yusuf Ridho
  • ahmad riza
    ahmad
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
  • Lusy Anggraini
    Lusy
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Amat K.
      Amat K.
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • A fa
    A
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Yusuf Ridho
      Yusuf Ridho
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Amat K.
      Amat K.
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • reskon indo
    reskon
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
    • Jokosp Sp
      Alexs
  • Agus Suryono
    Agus Suryonegoro III
    • Ahmad Zuhri
      Ahmad
    • Agus Suryono
      Agus Suryonegoro III
    • Yusuf Ridho
      Yusuf Ridho
    • Ahmad Zuhri
      Ahmad
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
    • Agus Suryono
      Agus Suryonegoro III
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • Jokosp Sp
    Alexs
    • Amat K.
      Amat K.
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • Jokosp Sp
      Alexs
  • Agus Suryono
    Agus Suryonegoro III
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Jokosp Sp
      Alexs
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Amat K.
      Amat K.
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
    • Agus Suryono
      Agus Suryonegoro III
    • Yusuf Ridho
      Yusuf Ridho
  • Liáng - βιολί ζήτα
    Liáng - βιολί ζήτα
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Liam Then
      Liam Then
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Liam Then
      Liam Then
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
  • Dwi Darko
    # Darko
  • Pryadi Satriana
    Pryadi
    • Jo Neka
      Jo
    • Pryadi Satriana
      Pryadi
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
    • A fa
      A
  • Jo Neka
    Jo
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • ACEP YULIUS HAMDANI
    ACEP YULIUS HAMDANI
  • rid kc
    rid
    • Otong Sutisna
      Otong
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • Rasyid Farhan
    Rasyid
  • Otong Sutisna
    Otong
    • Agus Suryono
      Agus Suryonegoro III
    • A fa
      A
  • Otong Sutisna
    Otong
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Otong Sutisna
      Otong
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
    • Samsul Arifin
      Samsul
  • Yellow Bean
    Yellow
  • Agus Suryono
    Agus Suryonegoro III
    • Agus Suryono
      Agus Suryonegoro III
  • Legeg Sunda
    Lègég Sunda
    • DeniK
      DeniK
    • Legeg Sunda
      Lègég Sunda
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
    • Yellow Bean
      Yellow
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Yellow Bean
      Yellow
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
    • Fa Za
      Fa Za
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • edi fitriadi
    edi
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • yea aina
    yea
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
  • Agus Suryono
    Agus Suryonegoro III
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
  • Samsul Arifin
    Samsul
  • alasroban
    alasroban
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
  • Kang Sabarikhlas
    Kang Sabarikhlas
  • mzarifin umarzain
    mzarifin
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
    • mzarifin umarzain
      mzarifin
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM
    • mzarifin umarzain
      mzarifin