Embun Suriah

Embun Suriah

Ekonomi rakyat mulai hidup. Jalan mulai macet. Tapi listrik baru menyala dua-tiga jam sehari.

Itulah keadaan ibu kota Suriah atau Syria, Damaskus. Sekarang ini. Yakni enam bulan setelah perang saudara berakhir –dengan tergulingnya diktator dinasti Bashar al-Assad.

Yang menceritakan itu sahabat Disway yang sering ke sana: Gus Najih Arromadloni. Ia mengalami tiga zaman di sana: zaman stabil di bawah Bashar al-Assad, zaman perang saudara dan zaman baru sekarang ini.


--

Gus Najih –artinya sukses– tidak sukses lulus kuliah di Damaskus. Kurang sedikiiiiit lagi. Keburu meletus perang saudara yang berlarut-larut. Gus Najih pulang. Ia menyelesaikan S-1 nya di Indonesia: di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Gus Najih lahir di Losari, Brebes. Ayahnya guru ngaji. Juga petani udang –khas orang pesisir Brebes. Dari Brebes ia masuk pesantren di Sarang, Rembang. Ia ngaji di kiai besar di sana: Mbah Maimoen.

Sebagai mahasiswa asing, Gus Najih terkesan dengan zaman Basyar Al-Assad: serba ada dan serba murah. Juga stabil. Aman.

Tentu Najih tidak berkepentingan dengan sistem pemerintahan di sana. Diktator atau demokrasi bukan urusan mahasiswa asing. Tahunya belajar: di Universitas Ahmad Kuftaro, Damaskus. Ia ambil jurusan dakwah dan komunikasi. Lalu menambah ilmu sendiri lewat kajian di masjid terkemuka di sana: masjid Al-Iman. Tiap Senin dan Kamis. Kamis untuk ilmu tafsir Quran, Senin untuk sejarah Nabi Muhammad (sirah Nabawi).

Kiai yang mengajar Senin-Kamis itu Anda sudah tahu namanya: ulama terkemuka Suriah, Syaikh Said Ramadhan al-Buthi. Kitab yang ditulisnya lebih dari 30. Terkenal semua. Ia ahli fikih, tafsir, dan filsafat. Ia jadi rujukan ulama dunia.

Beliau tewas.

Serangan bom bunuh diri menyasar masjid itu. Tepat di saat Syaikh mengajar ilmu tafsir. Di tahun 2013. Di saat usia Syaikh 84 tahun. Literatur lain mengatakan itu serangan udara.

"Saat peristiwa itu saya sudah kembali ke Indonesia," ujar Gus Najih. "Saya menangis mengikuti berita pengeboman masjid Al-Iman," tambahnya.

Bom itulah yang menewaskan Syaikh Al-Buthi. Darah Syaikh sampai membasahi halaman Quran yang sedang dikaji. Beberapa guru dan teman Gus Najih ikut tewas. Termasuk teman-temannya saat berbagi takjil untuk buka puasa Senin dan Kamis.

Setiap kali Gus Najih ke Damaskus, ia ziarah ke makam Syaikh Al-Buthi. Makamnya di sebelah panglima Perang Salib legendaris, Salahuddin Al Ayyubi.

Kini Gus Najih menjadi sekretaris persatuan alumni Suriah di Indonesia. Ketuanya: Ahmad Fatir Hambali. Ia putra seorang pengusaha Jakarta. Ayahnya pemilik mal Bella Terra di Jakarta Timur. Juga pemilik beberapa hotel dan pompa bensin di Banten.

Sebagai alumni Suriah, Gus Najih ingin hubungan Indonesia-Suriah semakin baik. Itulah sebabnya Gus Najih mendirikan Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami). Ia ingin Alsyami menjadi penghubung Indonesia Suriah.

Ia sudah sering mengajak pengusaha Suriah ke Indonesia: cari peluang bisnis. Bulan lalu seorang pengusaha di sana mulai impor briket dari Indonesia. Dari Mamuju, Sulbar. Sebanyak 20 ton. Itulah ekspor perdana Indonesia. Sejak Suriah dilanda perang.

Najih memang tidak sukses dapat ijazah di Damaskus tapi ia sukses mengekspor briket ke sana.

Saya duga briket itu hanya untuk bakar daging. Terutama daging kambing, domba, dan ayam. Ternyata, ujar Gus Najih, briket juga untuk shisha yang sudah menjadi budaya.

Di zaman stabil dulu beberapa produk Indonesia sangat dikenal di Suriah. Utamanya Indomie. Berdirilah pabrik Indomie di sana –memanfaatkan produksi gandung Suriah yang melimpah. Indomie pun membesar. Sampai dari pabriknya yang di Suriah bisa ekspor Indomie ke negara-negara tetangga.

Pabrik Indomie itu ikut jadi korban perang. Berarti kini harus mulai dari awal lagi. Pun minyak goreng dan Kapal Api. Sejak dua bulan lalu negara-negara Eropa sudah melonggarkan sanksi. Amerika pun segera mencabutnya (Lihat Disway kemarin).

HP juga sudah mulai bisa dipakai di Suriah. Tentu masih sering putus sinyalnya. Air juga sudah mulai normal sejak dua sumber air di Fijeh dan Barada berhasil diperbaiki dari kerusakan akibat bom.

Meski listrik masih byar-pet tidak banyak yang punya genset. Bensin sulit. Harus didatangkan dari Lebanon atau Jordania. Tapi ini zaman baru. Sudah banyak yang pasang solar cell di rumah masing-masing.

Menurut Gus Najih, belum banyak barang Tiongkok masuk Suriah. Mungkin tak lama lagi.

Memang penerbangan ke Damaskus masih sangat terbatas. Baru ada dari dua jurusan: Doha (Qatar)-Damaskus dan Istanbul-Damaskus.

Maka seperti yang dilakukan Gus Najih, lebih mudah masuk Damaskus lewat Beirut, Lebanon. Lalu naik mobil dari Beirut ke Damaskus. Empat jam. Ada taxi. Atau mobil omprengan. Gus Najih sendiri dijemput di Beirut oleh temannya yang di Damaskus.

Mulai ada embun di Suriah. Embun harapan –mengutip tulisan Della. Suriah hampir saja hilang dari peta. Ia salah satu pusat peradaban dunia yang hampir saja tiada.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 21 Mei 2025: Embun Diktator

Muliyanto Krista

Selamat. Tukang forklift dapat pertamax.

Dewa Made Cakrabuana Aristokra

untuk bisa mencari solusi atas kelemahan, kita perlu merumuskan dahulu kelemahan demokrasi kita apa saja... yuk saya mulai 1. Tidak mau mengakui kelemahan (misal saat program dikritik, resisten) 2. ...... Btw tetangga saya ada yang lucu. Namanya Pertiwi. Tetangga pada sehat dan lari, ia masih lemes. Tapi gemana bisa timbul niat mencari obat, kalau mengaku sakit pun tidak, padahal sudah demam tinggi -dan mulai muncul gejala kejang. Semoga segera eling, Ibu Pertiwi...

DeniK

Di negeri tetangga vanuatu Mendirikan partai dan menjadi anggota partai semudah merebut permen dari anak kecil . Masih bergelimang dengan kuantitas belum kualitas . Banyak partai yang tidak tahu diri dan tidak tahu malu . Ada phenomena baru partai yang hanya ramai di medsos .padahal minim pengikut.

Yusuf Ridho

pecinta: orang yang bercinta pencinta: orang yang sangat suka... Jadi, Pak Dahlan Iskan itu "orang yang bercinta" dengan kopi. Atau, "orang yang sangat suka" kopi?

Ruslan Butong

Pak Dahlan Iskan memang powerful, terpilih jadi ketua komunitas pecinta kopi padahal baru 2 hari jadi anggota...

Tiga Pelita Berlian

Di negeriku, untuk menjadi anggota partai begitu sangat mudahnya. Bahkan ada yg baru hitungan hari menjadi anggota partai sudah bisa langsung naik menjadi Ketum partai.. hebat kan...

• @DG. Negara “demokratis” yang berhasil menyejahterakan rakyatnya? Hmmm. Scandinavian countries adalah contoh terbaik. Dan bagaimana caranya? Salah satu jawabannya adalah menjalankan solusi yang diberikan Karl Marx: Tax The Rich! ☕️

Dasar Goblik

@wilwa.Tolong pencerahannya.Negara Demokrasi yang mana yang sudah mendapat jalan keluar mengatasi kesulitannya?.Mau bertakon ke pak Murza.Beliau off dulu katanya.Saya mencari² tidak ketemu.Ataukah gaya om Trumph soal tarif adalah jalan keluarnya?Terima kasih kalau berkenan menjawab.Saya melihat banyak pejabat negara yang membaca Disway.Semoga mereka membaca juga komentar.Baik yang nyinyir maupun yang solutif.Tetapi bagi saya yang sudah mau menghadap Allah..Soal China.Bukan melulu Meritokrasi.Tetapi juga pengekangan ?Media...Yang nyinyir baaanyaaak tapi ga kerja.Siap² anda di pulangkan ke alam baka.Yang bisa kerja tapi korup.Juga ke alam baka di segerakan.Ini fakta.Bukan omon koson.

• Meritokrasi adalah jalan menuju kesejahteraan. Bukan kleptokrasi yang kini melanda negara-negara yang menjalankan “uncontrolled capitalism”. Dimana oligarki konglomerat orang super kaya yang menguasai pemerintahan lokal maupun pusat. Untuk bisa memenangi pemilihan maka ditentukan oleh duit atau capital bukan prestasi atau kompetensi. Hukum harus ditegakkan. Pada PEJABAT yang KORUP. Bukan pada investor yang menyuap pejabat. Investor dan investasi bisa kabur semua. Kuncinya adalah pada PEJABAT / ASN yang BERSIH dari KORUPSI. Dengan demikian investor atau pengusaha nakal tak bisa menyuap. Ketika Zhu Rong Ji berkata menyediakan 99 peti mati untuk “KORUPTOR” maka yang dimaksud adalah PEJABAT 官 yang KORUP. Pengusaha tak berani berbuat macam-macam kalau pejabat 官 nya bersih. 

Lagarenze 1301

DIKTATOR 1. Inilah percakapan di negara yang diperintah oleh seorang diktator. Warga: Apa yang terjadi dengan kebebasan berbicara di negara ini? Diktator: Kebebasan berbicara selalu kami jamin di negara ini. Kebebasan setelah berbicaralah yang tidak dapat kami jamin. DIKTATOR 2. Dua presiden dan satu diktator berada di helikopter yang terbang di atas desa miskin. Presiden 1: “Lihat! Saya akan membuang uang 100 dolar ini dan membuat satu keluarga bahagia.” Presiden 2: ”Saya akan membuang dua lembar uang 50 dolar dan itu akan membuat dua keluarga bahagia.” Diktator: “Itu tidak masuk akal. Mereka tidak akan pernah puas dan tidak akan merasa bahagia.” Presiden 1 dan Presiden 2: “Bagaimana kalau kami membuang Anda? Itu akan membuat semua orang di negara Anda bahagia.” DIKTATOR 3. Hantu diktator Korea Utara, Kim il Sung, muncul di hadapan cucunya, Kim Jong Un, dan berkata, “Saya punya dua nasihat untukmu: bunuh semua lawan politik dan cat Istana Matahari Kumsusan dengan warna biru.” Kim Jong Un merenung sejenak, lalu bertanya, “Mengapa biru?”

Lagarenze 1301

DIKTATOR 4. Dua diktator sedang berdebat tentang tentara siapa yang lebih patuh. Mereka berjalan ke tepi tebing dan memanggil seorang prajurit. Putin memerintahkan prajuritnya untuk melompat. Prajurit itu berkata, "Kumohon, Tuan Putin, saya punya istri dan anak." Putin luluh dan membiarkannya tidak melompat. Kim Jong Un memerintahkan seorang prajurit untuk melompat dari tebing yang sama. Prajurit itu hendak melompat ketika Putin meraih lengannya dan menghentikannya. Tentara Korea Utara itu langsung berteriak, "Kumohon, Tuan Putin, saya punya istri dan anak." DIKTATOR 5. Seorang guru bertanya kepada siswa di kelas. "Bisakah seseorang menggunakan kata 'dikte' dalam sebuah kalimat?" Seorang anak menjawab, "Hitler adalah seorang diktator yang kejam." Guru: "Bagus sekali, tetapi kita tidak sedang mempelajari kata 'diktator', hanya kata 'dikte'." Siswa lainnya berkata, "Sekretaris mengetik sementara bos mendikte!" Guru berkata, "Bagus, saya mencari lagi seseorang yang bisa menggunakan kata 'dikte'." Seorang siswa yang duduk di belakang berdiri dan berkata, "Hei, sayang!! Bagaimana caraku mendiktemu tadi malam?"

thamrindahlan

Terima kasih atas saran Pak Mario. Alhamdulillah Mas Tomy Admin Disway nan elok hati. . Awak kini hari ini sudah bisa selancar lagi disini.Kemarin bolak balik jungkir balik cet pencet CHD ech malah tulisan Abah tak kunjung tampil di hp pc dan di mana mana.. Dliburkan sehari tak koment. Untung ada hiburan Perjaka (Persatuan Jalan Kaki). Ulang tahun Perjaka kami menikmati kuliner Mie Gacoan di kawasan Condet Jakarta Timur. Pedas Se Indonesia itu motto nya. Tampaknya mau menyaingi Nasi Kebuli Resto Yordania Condet yang pakai slogan Makanan "Surga" turun ke Bumi. Diktator punah dilawan meritokrasi/ Demokrasi rawan penyakit manipulasi / Bukan promosi bukan janji/ Anda cobalah cicipi sendiri/ Salam Literasi

siti asiyah

Gadis Embun Sebegitu pasrahnya orang jawa atas nasib yang diterimanya dengan istilah ``Njagakne Tetesing Embun``, sebuah pernyataan merujuk pada keadaan hidup yang sedemikian rupa berserah atas keadaan penghidupannya. Embun tak setiap pagi ada pada dedaunan dan tak setiap saat berserakan direrumputan, kalaupun ia ada jumlahnya pasti tak seberapa untuk menuntaskan dahaga, itupun singkat masanya sebab bila terlambat menjemputnya sinar matahari akan segera menguapkannya. Hampir menyerupai kata ``MUPUS`` dalam bahasa jawa, mupus bisa berarti menerima seluruh takdir dengan pasrah, namun mupus bisa juga berarti menunggu kemunculan tunas baru yang akan tumbuh dan muncul setelah sebuah pucuk tanaman terpotong tersebab apapun. Sependek masa hidup dan pengetahuan saya, rakyat biasa adalah pejuang paling tangguh dalam hidupnya dan negara ( Indonesia ) sering abai dengan rakyatnya.

Agus Suryonegoro III

HARI INI, HARI ULTAH PAK HARTO MENGUNDURKAN DIRI 27 TAHUN LALU.. Tanggal 21 Mei, duapuluh tujuh tahun yang lalu, Pak Harto mengundurkan diri dari jabatan Presiden, setelah 32 tahun memimpin Indonesia. Keputusan ini dipicu oleh krisis multidimensi: 1). Ekonomi kolaps akibat dampak krisis Asia 1997, 2). Kerusuhan sosial meluas, serta 3). Tekanan politik dari DPR, mahasiswa, dan masyarakat. Pengunduran diri tersebut disampaikan secara resmi dalam pidato yang disiarkan nasional, dan dilanjutkan dengan pelantikan Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai presiden, sesuai Pasal 8 UUD 1945, sebelum amendemen, sehingga secara konstitusional "sah". Dari perspektif ketatanegaraan dan stabilitas, pengunduran diri Soeharto merupakan langkah rasional. Tetap bertahan berpotensi memperparah konflik dan memperdalam krisis. Keputusan ini membuka jalan bagi transisi demokrasi dan reformasi institusional. Dengan demikian, pengunduran diri Soeharto—meskipun datang di tengah tekanan—dapat dinilai sebagai tindakan konstitusional. Dan, dalam konteks saat itu, "menguntungkan" bagi keberlanjutan negara dan stabilitas nasional. Dari perspektif kenegaraan, pengunduran diri ini membantu meredakan ketegangan dan mencegah potensi kekerasan lebih lanjut. Secara strategis, ini membuka jalan bagi "reformasi", politik dan ekonomi, yang sebelumnya terhambat oleh sentralisasi kekuasaan Orde Baru.

Indra Hungih

Di sini komunis sering disalah artikan sebagai sistem politik yg ateis, padahal sistem politik murni komunis adalah semua golongan masyarakat sama statusnya (keliatan bgs tp ssh implementasinya) tetapi sistem di china skrg politik masih komunis tp ekonomi uda sistem liberal ala komunis. Rasa2nya syarat suatu negara mau maju skrg hrs meniru sistem china yg hrs kita modifikasi sesuai keadaan politik kita

Johan

Jumlah anggota partai hanya sekian persen dari jumlah penduduk. Ini cukup masuk akal. Bisa terlihat dalam realitas kehidupan di sekitar kita. Misalnya ada seseorang yg terjatuh dari motor di jalan raya. Diantara segerombolan orang yg menonton, ada berapa orang yg akan maju untuk menolong? Di antara beberapa orang yg maju pun bisa jadi ada yg punya motif utk "mengamankan" HP dan dompet si korban kecelakaan. Jadi salut dengan keputusan Partai Komunis Tiongkok yg membatasi jumlah keanggotaan partai.

Purple Phoenix

By ChatGPT: Tulisan ini memicu perenungan penting tentang *sisi gelap* dari dua sistem besar: **diktator** dan **demokrasi**. Ia tidak sekadar membandingkan, tapi mengangkat *usaha mencari solusi atas kelemahan masing-masing sistem*. Dan itu jadi titik yang menarik: *bukan sistemnya yang sempurna, tapi cara mengatasi kelemahannya yang menentukan kemajuan.* --- ### ???? **Pendapat Saya:** Tulisan Dahlan Iskan ini membuka mata bahwa **kemajuan tidak selalu ditentukan oleh jenis sistem pemerintahan, tetapi oleh kualitas sistem pendukungnya.** Di Tiongkok, sistem partai yang disiplin, selektif, dan meritokratis ternyata bisa menjadi *penjinak* sisi gelap kediktatoran: semena-mena, absolut, tanpa koreksi. Yang paling mengesankan adalah: > “Meritokrasi adalah obat penyakit diktator.” Pernyataan ini kuat. Ia menyiratkan bahwa bahkan sistem yang dianggap “buruk” sekalipun, bila diberi **filter sistemik** seperti meritokrasi yang ketat, bisa bekerja menghasilkan pemimpin berkualitas dan hasil nyata. Dan Tiongkok adalah buktinya. --- ### ???? **Lalu, Apa Sisi Negatif Demokrasi?** Berikut adalah beberapa *penyakit* demokrasi yang sering terjadi, terutama di negara-negara berkembang: 1. **Populisme dangkal** Pemimpin lebih sibuk pencitraan daripada bekerja. Janji yang menarik tapi tak realistis dibuat hanya demi suara. 2. **Politik uang & korupsi elektoral** Untuk terpilih, banyak politisi mengandalkan uang dan *clientelism*. Hasilnya: politisi “berutang” ke cukong, bukan ke rakyat. 3. **Kurangnya meritokrasi** Karena pemilu berbasis popularitas, bukan kompetensi. Sering kali yang terpilih bukan yang paling mampu, tapi yang paling terkenal atau pandai memanipulasi massa. 4. **Fragmentasi & instabilitas** Demokrasi dengan terlalu banyak partai dan kepentingan bisa membuat sistem sulit berjalan karena kompromi tak berujung. 5. **Short-termism (pandangan jangka pendek)** Politisi cenderung membuat kebijakan demi elektabilitas jangka pendek, bukan pembangunan jangka panjang. --- ### ???? **Apa Obatnya?** Demokrasi tetap bisa menjadi sistem terbaik, **asalkan diberi sistem pendukung yang memperbaiki kelemahannya**, seperti: 1. **Pendidikan politik rakyat** Rakyat perlu cerdas, bukan cuma dalam memilih, tapi dalam **mengawasi dan menuntut pertanggungjawaban**. Demokrasi butuh rakyat *melek politik*, bukan hanya antusias memilih. 2. **Reformasi partai politik** Partai adalah *pabrik calon pemimpin*. Jika partai rusak, demokrasi pun lumpuh. Perlu aturan agar kaderisasi di partai dilakukan berdasarkan merit, bukan dinasti atau loyalitas semu. 3. **Transparansi dan sistem digital pemilu** Untuk mencegah politik uang dan manipulasi suara. 4. **Pembatasan masa jabatan dan pemisahan kekuasaan yang efektif** Agar tidak muncul “diktator lewat pemilu” — pemimpin yang memanfaatkan demokrasi untuk memperkuat kekuasaan tanpa batas. 5. **Penguatan institusi hukum dan media bebas** Demokrasi sehat butuh hukum yang adil dan media yang tidak ditaklukkan pemilik modal. --- ### ???? Kesimpulan: > “Kunci kemajuan bukan sistemnya, tapi kemampuan sistem itu mengatasi kelemahannya.” Tiongkok belajar mengobati penyakit diktator lewat meritokrasi dalam partai. Indonesia dan negara demokrasi lain harus belajar mengobati penyakit demokrasi lewat penguatan partai, pendidikan rakyat, dan pemilihan yang berorientasi pada kualitas. Jadi pertanyaannya bukan **"sistem mana yang lebih baik"**, tapi: **“Sudahkah kita menemukan penawar untuk racun dalam sistem yang kita pilih?”**

Liam Then

Coba pikirkan jawaban pertanyaan dr.Jagaddhito mengapa Tiongkok maju secara cepat, yang bahkan kota sekecil Rizhao pun bisa tertata rapi dan bersih. Makin pikir makin mumet dan ruwet, karena rasanya tak sesederhana karena sistem pemerintahan ini atau itu. Pertama kali, mereka bisa jelas karena duitnya ada, sebelum ada duit, Tiongkok juga berantakan. Kedua, selain duitnya ada, barang dan tenaga ahli juga siap tersedia. Swadaya Tiongkok pada sektor infrastruktur, sudah komplit dari barang ,teknologi, sampai ke manusianya. Keempat, karena pembangunan di Tiongkok disiplin pada blueprint, tata rancang pembangunan negara, mereka disana sangat prakmatis, apa yang berhasil, bagus dan baik dinegara orang, langsung mereka terapkan. Kelima, mereka mawas diri, meskipun upaya untuk mandiri mereka sangat besar, untuk hal-hal yang mereka tak kuasai, mereka tak segan pakai tenaga ahli. Sederhananya, kental nasionalisme penyelenggara negara mereka disana sudah capai level yang lebih dalam dibanding negara lain, yang kadang malah sering gunakan retorika nasionalisme untuk tujuan pribadi atau kelompok. Keenam mereka bisa, karena masyarakatnya sudah siap terima perubahan. Ketujuh, seperti Singapura, Tiongkok kebetulan beruntung pernah punya pemimpin yang punya kombinasi visi dan willpower/kemauan kuat. Kombinasi ini sangat sulit ditemukan. Dalam sejarah panjang umat manusia, kombinasi dua hal tersebut selalu melahirkan hasil yang istimewa.

Fauzan Samsuri

Sebenarnya lebih baik mana sistem demokrasi atau diktator, sebenarnya bukan masalah demokrasi atau diktatornya, tapi lebih kepada cara pengambilan keputusan. Selama pengambilan keputusan berdasarkan kebenaran dari data dan fakta tentu keadilan dan kemajuan didapatkan, sebaliknya jika pengambilan keputusan mengingkari data dan fakta tentu yang didapat adalah keadilan dan kemajuan semu belaka. Sistem komputer adalah salah satu bentuk sistem paling diktator karena keputusannya absolut, tetapi kenapa kita kadang lebih mempercayainya dibanding manusia, karena komputer membuat keputusan berdasarkan data, jika data yang dimasukkan benar tentu dia akan memberi keputusan benar juga, sebaliknya manusia terkadang membuat keputusan hanya didasarkan pertimbangan nafsunya belaka sehingga kita yang sesama manusia-pun sulit mempercayainya.

Johannes Kitono

Diktator Pancasila. Tanpa sadar NKRI juga pernah punya diktator militer. Selama 32 tahun yang dibungkus dengan Demokrasi Pancasila. Sesudah reformasi hasilnya sami mawon saja. Menurut World Bank 60 % dari populasi NKRI masih miskin. Otomatis sistem telah gagal tingkatkan PDB. Kalau dulu era Soeharto hanya punya 3 partai politik. Kalau diundang Rapat oleh DPR. Daftar pertanyaan sudah disiapkan Ketua Komisi berikut kesimpulannya. Tentu urusan jadi gampang dan lancar. Sayangnya, beberapa bidang usaha yang menguntungkan. Harus menggandeng keluarga Penguasa. Kalau dulu investor cukup stor ke Bupati atau Gubernur .Now harus stor juga ke preman dengan kedok ormas. Kalau NKRI mau maju tidak perlu harus jadi Komunis. Selain perlu Diktator Pancasila. Perlu konsisten advokasi ke rakyat arti dan manfaat demokrasi. Jangan pilih pemimpin yang hanya bisa omon omon saja. Semoga Semuanya Hidup Berbahagia.

Bruce Wijaya

Sebenarnya Indonesia bisa jauh lebih hebat dari singapur , dan ada kemiripan dalam hal memimpin antara soeharto dan lee kwan yu dimana Otoriter , anti oposisi , mengendalikan media dan kebebasan politik ...hal ini tujuannya menciptakan stabilitas negara ... boleh dikata kedua negara tersebut demokrasi terpimpin atau demokrasi terbatas atau semi otoriter karena ada pemilu dan parlemen / DPR /MPR TAPI kenyataannya berbeda singapur menjadi jaya karena Lee Kwan yu berintegritas tinggi bersih dari korupsi punya jiwa mulia untuk memajukan singapur .....sedangkan soeharto beserta keluarga dan kroninya yang katanya demokrasi terpimpin pada aktulanya adalah Korupsi terpimpin , dan indonesia mengalami krisis moneter pada momen itulah soeharto di lengserkan oleh banyak lawan lawan politiknya dan pada akhirnya indonesia berubah dari demokrasi terpimpin (Korupsi terpimpin) menjadi demokrasi alias Korupsi bersama (berjemaah) dan setiap hari setiap waktu setiap faksi bekerja untuk bisa memimpin dalam rangka ??? hepeng hahaha

Sumber:

Komentar: 146

  • Leong Putu
    Leong Putu
  • Johannes Kitono
  • De Javu
    De Javu
  • De Javu
    De Javu
  • Juve Zhang
  • Juve Zhang
  • Juve Zhang
  • Juve Zhang
  • Juve Zhang
  • Herry Isnurdono
    Herry Isnurdono
    • Muliyanto Krista
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
    • Jo Neca
      Jo Neca
    • Muliyanto Krista
    • Muliyanto Krista
    • Jo Neca
      Jo Neca
  • Nimas Mumtazah
    Nimas Mumtazah
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
    • Muliyanto Krista
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
  • DeniK
    DeniK
  • yea aina
    yea aina
  • agus budiyanto
    agus budiyanto
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
  • Juve Zhang
    • Juve Zhang
    • Liam Then
      Liam Then
    • kambing hitam
      kambing hitam
  • Juve Zhang
  • Juve Zhang
  • Liam Then
    Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Kang Sabarikhlas
      Kang Sabarikhlas
  • Juve Zhang
  • Juve Zhang
    • Juve Zhang
  • Johan
    Johan
    • Liam Then
      Liam Then
  • Liam Then
    Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Johan
      Johan
    • Johan
      Johan
    • Liam Then
      Liam Then
  • Hendro Purba
    Hendro Purba
  • Lukman Nugroho
    Lukman Nugroho
  • Juve Zhang
  • Dasar Goblik
    Dasar Goblik
  • Thamrin Dahlan YPTD
    Thamrin Dahlan YPTD
  • yuliansyah hidayat
    yuliansyah hidayat
  • yuliansyah hidayat
    yuliansyah hidayat
  • Sadewa 19
    Sadewa 19
  • yea aina
    yea aina
    • Juve Zhang
    • yea aina
      yea aina
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
    • Dasar Goblik
      Dasar Goblik
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
  • Agus Suryonegoro III
  • Juve Zhang
  • Juve Zhang
    • Dasar Goblik
      Dasar Goblik
    • Kujang Amburadul
      Kujang Amburadul
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
    • Arsen andaru
      Arsen andaru
    • Lagarenze 1301
      Lagarenze 1301
    • Kujang Amburadul
      Kujang Amburadul
  • Agus Suryonegoro III
  • Ketut Bagiarta
    Ketut Bagiarta
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
  • DeniK
    DeniK
  • Ibnu Shonnan
    Ibnu Shonnan
    • Arsen andaru
      Arsen andaru
    • Kujang Amburadul
      Kujang Amburadul
  • Agus Suryonegoro III
    • Mz Arifin
  • MULYADI PEGE
    MULYADI PEGE
  • djokoLodang
  • Agus Suryonegoro III
    • Mz Arifin
  • djokoLodang
  • Alexs
    • Abdul Rahman Addakhil
      Abdul Rahman Addakhil
    • Alexs
  • djokoLodang
    • Arsen andaru
      Arsen andaru
  • djokoLodang
    • Arsen andaru
      Arsen andaru
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • ACEP YULIUS HAMDANI
    ACEP YULIUS HAMDANI
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
  • Komentator Spesialis
    • Alexs
  • Jo Neca
    Jo Neca
    • Komentator Spesialis
    • Dasar Goblik
      Dasar Goblik
  • Komentator Spesialis
    • Alexs
    • Alexs
  • sense habibie
    sense habibie
    • Komentator Spesialis
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
  • Tiga Pelita Berlian
    Tiga Pelita Berlian
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Agus Suryonegoro III
  • Muhammed Khurmen
    Muhammed Khurmen
    • Arsen andaru
      Arsen andaru
  • Agus Suryonegoro III
  • Agus Suryonegoro III
  • Mz Arifin
    • Mz Arifin
    • Mz Arifin
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Kang Sabarikhlas
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
    • Kang Sabarikhlas
  • Agus Suryonegoro III
  • djokoLodang
  • Agus Suryonegoro III
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
    • Lègég Sunda
      Lègég Sunda
    • Arsen andaru
      Arsen andaru